Bantul (MAN 2 Bantul) – Suasana pagi di Bakmi Jawa Mbak Wulan yang berlokasi di Code, Trirenggo, Bantul, tampak sedikit berbeda dari biasanya pada Selasa pekan lalu (17/6/2025). Bukan karena ramainya pembeli, melainkan karena kehadiran monitoring dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bantul. Sebanyak 2 siswa kelas XI jurusan Keterampilan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) tengah menjalani monitoring Praktik Kerja Lapangan (PKL) mereka, didampingi oleh guru pembimbing. Monitoring ini menjadi bagian krusial dari program PKL yang bertujuan membekali siswa dengan pengalaman kerja nyata, khususnya di sektor kuliner yang memiliki potensi besar di Bantul.
Para siswa jurusan APHP MAN 2 Bantul memilih Bakmi Jawa Mbak Wulan sebagai salah satu lokasi PKL mereka bukan tanpa alasan. Tempat makan legendaris ini dikenal dengan cita rasa otentik dan manajemen operasional yang efisien, menjadikannya laboratorium belajar yang ideal bagi siswa yang tertarik pada dunia pengolahan dan penyajian makanan. Sejak awal Mei, para siswa telah aktif terlibat dalam berbagai aspek operasional Bakmi Jawa Mbak Wulan, mulai dari persiapan bahan baku, proses memasak, hingga pelayanan pelanggan.
Guru pembimbing PKL Ibu Sri Suhartun, S.Pd., dalam kesempatan monitoring tersebut menyampaikan bahwa program PKL merupakan ujung tombak dari kurikulum keterampilan yang diterapkan di sekolah. “Kami ingin memastikan bahwa ilmu yang didapat di bangku sekolah dapat diaplikasikan langsung di dunia kerja. Bakmi Jawa Mbak Wulan ini adalah contoh nyata bagaimana sebuah usaha kuliner tradisional dapat berkembang dan bertahan, yang tentunya kaya akan pelajaran bagi siswa kami” ujarnya.
Dalam sesi monitoring, para guru pembimbing secara langsung mengamati kinerja siswa. Mereka melihat bagaimana siswa-siswa tersebut berinteraksi dengan staf dapur, memahami alur kerja, serta menghadapi tantangan yang muncul selama proses produksi dan pelayanan. Salah satu siswa, Dimas Tri Nur Machfudin, tampak cekatan membantu meracik bumbu dasar untuk bakmi. “Di sini saya belajar banyak tentang takaran yang pas, pentingnya kebersihan, dan kecepatan dalam melayani. Ternyata tidak semudah yang saya bayangkan di awal,” tutur Dimas sambil tersenyum.
Sementara itu, siswi bernama Muhammad Yusuf Fatur Rizki terlihat antusias saat menjelaskan proses penggorengan mi kepada guru pembimbingnya. “Setiap porsi harus digoreng dengan api yang pas dan waktu yang tepat agar hasilnya tidak gosong tapi juga tidak mentah” jelas Yusuf. Ia juga menambahkan bahwa dirinya mulai terbiasa dengan tekanan kerja di dapur yang serba cepat.
Mas Zakky, pemilik Bakmi Jawa yang menjadi mentor bagi para siswa, mengaku senang dengan kehadiran mereka. “Anak-anak ini sangat antusias dan cepat belajar. Mereka membawa semangat baru di dapur kami. Tentu saja, kami juga berharap pengalaman di sini bisa menjadi bekal mereka untuk masa depan, mungkin bahkan untuk membuka usaha kuliner sendiri” ungkap Mas Zakky dengan ramah. Ia juga memberikan masukan dan koreksi langsung kepada siswa, memastikan mereka mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal.
Aspek penting lain yang ditekankan dalam PKL ini adalah manajemen higienitas dan sanitasi. Mengingat industri kuliner sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan, siswa dibiasakan untuk selalu menjaga kebersihan area kerja, peralatan, dan diri mereka sendiri. “Kami selalu mengingatkan pentingnya cuci tangan, penggunaan apron, dan penutup kepala. Ini adalah dasar yang tidak boleh dilupakan” tegas Bapak Zakky, selaku pemilik usaha.
Selain keterampilan teknis di dapur, PKL juga melatih aspek soft skill siswa. Kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru menjadi fokus utama. Observasi menunjukkan bahwa para siswa menunjukkan peningkatan signifikan dalam hal-hal tersebut. Mereka terlihat lebih percaya diri dalam berinteraksi, lebih proaktif dalam membantu, dan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan baik.
Di penghujung sesi monitoring, diadakan diskusi singkat antara guru pembimbing, Mas Zakky, dan para siswa. Dalam diskusi ini, siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan pengalaman, tantangan, dan pelajaran yang mereka dapatkan selama PKL. Banyak dari mereka yang mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan ini dan merasakan langsung betapa berharganya pengalaman bekerja di lapangan.
“PKL ini benar-benar membuka mata kami. Tidak hanya tentang cara memasak bakmi, tetapi juga tentang bagaimana sebuah usaha dijalankan, mulai dari manajemen bahan baku, keuangan, hingga pelayanan pelanggan” kata Dimas, salah satu siswa yang berencana melanjutkan studi di bidang tata boga.
Program PKL di Bakmi Jawa Mbak Wulan ini diharapkan dapat memberikan bekal yang kuat bagi siswa MAN 2 Bantul jurusan Keterampilan APHP untuk terjun ke dunia kerja atau bahkan merintis usaha sendiri di masa depan. Kolaborasi antara sekolah dan pelaku usaha lokal seperti Bakmi Jawa Mbak Wulan menjadi contoh sukses dalam menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga terampil dan siap bersaing di pasar kerja. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang komprehensif, lulusan APHP MAN 2 Bantul siap menjadi wirausahawan kuliner yang inovatif dan profesional. (SS)