Berkarya Sembari Memanfaatkan Alam, Tata Busana MAN 2 Bantul Produksi Batik Ecoprint

Bantul (MAN 2 Bantul) – Ditelisik dari sisi terminologi, ecoprint berasal dari kata eco atau ekosistem yang berarti lingkungan hayati atau alam dan print artinya cetak. Sistem dengan menjiplak dedaunan kemudian merebusnya, tidak berbeda dengan pembuatan batik, maka istilah ini sering dikenal dengan ecoprint. Akan tetapi, motif yang dihasilkan dari ecoprint ini tampak kontemporer dibandingan dengan motif yang biasa mewarnai batik pada umumnya yang terkesan klasik. Seiring berkembangnya dunia fashion yang menuntut kenekaragaman model serta corak (motif) kain, turut mendorong ecoprint menjadi salah satu trend yang diminati para penikmat fashion. MAN 2 Bantul sebagai madrasah keterampilan yang di dalamnya menyediakan kelas Tata Busana juga melirik ecoprint sebagai salah satu seni yang didalami.

Ide produksi batik ecoprint MAN 2 Bantul ini tidak terlepas dari peran guru Tata Busana, Miftahul Annisa, S.Pd. Ide ecoprint Miftah akhirnya mendapat dukungan dari Nurhayati, S.Pd Koordinator bidang Keterampilan MAN 2 Bantul untuk dikenalkan dan dikembangkan di keterampilan madrasah. Seperti kegiatan pembelajaran keterampilan Tata Busana yang dilakukan sejak Agustus 2021 lalu di ruang workhsop lantai tiga tersebut berhasil menghasilkan beberapa produk batik ecoprint yang menawan. Perpaduan warna dan hasil alam yang menyatu dalam kanvas putih menghasilkan produk ecoprint yang dapat dikatakan layak untuk dijual di pasaran. Hasil karya siswa MAN 2 Bantul ini juga menarik perhatian Kasi Kurikulum Kanwil Kemenag DIY, Anita Isdarmini, S.Pd., M.Hum. Dari hasil kunjungan ke MAN 2 Bantul, Anita meminang salah satu batik ecoprint produk siswa yang dipamerkan di ruang workshop keterampilan.

Diwawancarai langsung di sela-sela kegiatan penilaian keterampilan tata busana pagi tadi (9/6/2002), Miftahul Annisa menuturkan bahwa seni membatik dengan memanfataakan hasil alam ini merupakan ide lamanya sejak menempuh pendidikan Strata 1. Miftah memikirkan bagaimana dapat menyelesaikan tugas akhir yang mampu mencetak produk seni sekaligus menghasilkan uang. “Ecoprint menjadi ide tugas akhir semasa kuliah Strata 1 sampai beberapa kegiatan program kerja lapangan dan penelitian masih linier menggunakan ide tersebut,” tuturnya. Selain meningkatkan nilai estetika dalam seni, pemanfaatan dedaunan sisa ecoprint juga dapat diolah menjadi pupuk. Sehingga dengan menggunakan ecoprint tidak sekadar memanfaatkan semata dan meninggalkan residu, akan tetapi sisa atau residu yang dihasilkan masih dapat dialihkan untuk pembuatan produk lainnya.(mas)

Share ke sosial media
Tags:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by
Scroll to Top