Tingkatkan Kompetensi, Guru Ekonomi MAN 2 Bantul Belajar Kebijakan Moneter di MGMP Ekonomi DIY

Bantul (MAN 2 Bantul)  — Upaya peningkatan kompetensi guru ekonomi terus dilakukan secara berkelanjutan demi menghadirkan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan ekonomi global. Salah satu wujud nyata dari langkah tersebut adalah partisipasi guru-guru ekonomi dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ekonomi DIY yang digelar pada Rabu (15/10/25) di Aula MAN 4 Bantul.

Kegiatan yang mengusung tema “Penguatan Kompetensi Kebijakan Moneter dan Produk Jasa Bank Sentral bagi Guru Ekonomi” ini diikuti oleh guru ekonomi madrasah aliyah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari MAN 2 Bantul, hadir dua guru ekonomi, yakni Fitria Endang Susana dan Mas Indah Murdaningrum, yang berpartisipasi aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan.

Acara diawali dengan sambutan Ketua MGMP Ekonomi DIY, Toni Purwanti, yang menekankan pentingnya peningkatan kompetensi guru dalam memahami isu-isu ekonomi terkini. Ia mengingatkan bahwa perubahan kebijakan moneter dan dinamika keuangan global harus dapat diterjemahkan guru ke dalam pembelajaran yang kontekstual. “Guru ekonomi harus mampu mengaitkan teori dengan realitas kebijakan ekonomi nasional agar siswa memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Forum seperti MGMP ini menjadi ruang belajar bersama yang sangat penting.” tuturnya.

Selanjutnya, Kepala MAN 4 Bantul, Syaefulani, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada MAN 4 Bantul sebagai tuan rumah kegiatan. Ia menegaskan bahwa madrasah memiliki peran strategis dalam membangun karakter dan literasi ekonomi peserta didik agar mampu menghadapi tantangan zaman. “Kami berharap kegiatan ini memperkaya wawasan dan menumbuhkan semangat kolaborasi di antara guru-guru ekonomi, terutama dalam menghadirkan pembelajaran yang aplikatif dan membumi.” ujarnya.

Materi inti disampaikan oleh narasumber dari Bank Indonesia (BI), Arya Jodilistyo, yang membahas secara komprehensif tentang Kebijakan Moneter dan Produk serta Jasa Bank Sentral. Dalam paparannya, Arya menjelaskan bahwa Bank Indonesia memiliki tiga pilar utama dalam menjalankan tugasnya: menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur sistem pembayaran, serta menjaga stabilitas sistem keuangan.

Ia menegaskan bahwa kebijakan moneter yang dijalankan BI bertujuan menjaga stabilitas nilai rupiah terhadap barang dan jasa maupun terhadap mata uang asing. Berbagai instrumen seperti operasi pasar terbuka, penetapan suku bunga acuan, dan pengaturan cadangan wajib minimum digunakan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga kestabilan ekonomi.

Selain membahas kebijakan, Arya juga memperkenalkan inovasi produk dan jasa Bank Indonesia seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), BI-FAST, serta program Edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah yang menjadi bagian dari strategi peningkatan literasi keuangan masyarakat.

Peran guru sangat penting untuk mengedukasi generasi muda agar memahami fungsi Bank Sentral dan kebijakan moneter. Dengan demikian, siswa dapat menjadi warga negara yang cerdas dalam menyikapi perubahan ekonomi.” ujar Arya.

Suasana semakin menarik ketika sesi tanya jawab dibuka. Para guru dari berbagai madrasah antusias mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi dengan kondisi ekonomi aktual di Indonesia. Salah satu yang mendapat perhatian adalah pertanyaan dari Fitria Endang Susana, guru ekonomi dari MAN 2 Bantul, yang mengajukan topik menarik mengenai kebijakan pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang mengucurkan pinjaman sebesar Rp200 triliun.

Fitria bertanya mengenai pengaruh kebijakan pinjaman tersebut terhadap stabilitas moneter dan peran Bank Indonesia dalam menjaga keseimbangan fiskal dan moneter nasional. “Dalam beberapa waktu terakhir, publik mendengar adanya kebijakan pengucuran pinjaman sebesar Rp200 triliun oleh Kementerian Keuangan. Kami ingin memahami bagaimana kebijakan seperti itu berdampak pada sistem moneter, serta bagaimana koordinasi antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.” tanya Fitria dengan penuh semangat.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Arya Jodilistyo menjelaskan bahwa koordinasi antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan kebijakan fiskal dan moneter berjalan seimbang. Ia menegaskan bahwa BI tidak terlibat langsung dalam pengelolaan pinjaman pemerintah, namun berperan menjaga stabilitas nilai rupiah dan likuiditas perbankan agar kebijakan fiskal tidak menimbulkan tekanan inflasi. “Kebijakan pengucuran pinjaman dalam jumlah besar tentu memiliki implikasi terhadap likuiditas dan tingkat suku bunga. Di sinilah Bank Indonesia berperan melakukan langkah-langkah moneter yang tepat untuk menjaga keseimbangan.” jelas Arya. Jawaban tersebut disambut antusias oleh para peserta yang merasa topik tersebut sangat relevan untuk dipahami dan dijadikan bahan pembelajaran kontekstual di kelas.

Usai kegiatan, Fitria Endang Susana dan Mas Indah Murdaningrum menyampaikan kesan positifnya. Mereka mengaku memperoleh pemahaman lebih dalam mengenai hubungan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal serta dampaknya terhadap perekonomian nasional. “Materinya sangat aktual dan membuka wawasan baru tentang bagaimana kebijakan ekonomi nasional dijalankan secara terpadu antara otoritas moneter dan fiskal.” ujar Fitria.

 

Sementara itu, Mas Indah Murdaningrum menambahkan bahwa hasil dari kegiatan MGMP ini akan diterapkan dalam pembelajaran ekonomi di MAN 2 Bantul dengan pendekatan berbasis isu aktual. “Kami berencana mengembangkan bahan ajar yang mengaitkan kebijakan Bank Indonesia dengan peristiwa ekonomi terkini, agar siswa dapat berpikir kritis dan kontekstual.” ungkapnya.

Kegiatan MGMP Ekonomi DIY tahun 2025 ini tidak hanya menjadi sarana peningkatan kompetensi profesional, tetapi juga memperkuat peran guru sebagai agen literasi ekonomi dan keuangan di madrasah. Melalui partisipasi aktif guru-guru seperti Fitria Endang Susana dan Mas Indah Murdaningrum, diharapkan semangat belajar dan kolaborasi lintas madrasah terus terjaga.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang kebijakan moneter, produk Bank Sentral, dan keterkaitannya dengan kebijakan fiskal, guru ekonomi diharapkan mampu menumbuhkan generasi muda yang kritis, cerdas finansial, dan berintegritas. MGMP Ekonomi DIY tahun ini pun menjadi bukti nyata bahwa madrasah bukan hanya mencetak insan beriman dan berakhlak, tetapi juga generasi yang memahami ekonomi dengan perspektif ilmiah dan kebangsaan yang kuat.

 

Share ke sosial media
Tags:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by
Scroll to Top