Bantul (MAN 2 Bantul) – Laboratorium Multimedia 2 MAN 2 Bantul pada hari Senin (4/8/2025) ini menjadi saksi pertemuan ketiga siswa kelas X-E dalam mata pelajaran Multimedia, dengan fokus mendalam pada materi Sketsa dan Ilustrasi. Dibimbing langsung oleh guru Multimedia mereka, Menara Lintang Was, para siswa diajak untuk memahami esensi di balik setiap goresan dan warna dalam sebuah karya visual.
Pertemuan ini memiliki beragam tujuan pembelajaran, meliputi: menjelaskan konsep dasar karya sketsa dan ilustrasi; menjelaskan teknik gambar sketsa; menerapkan teknik serta media gambar sketsa dan ilustrasi; membuat sketsa sebagai studi bentuk dan warna; serta menganalisis sketsa Desain Komunikasi Visual (DKV). Seluruh rangkaian materi ini dirancang untuk membekali siswa dengan pemahaman komprehensif tentang bagaimana sebuah ide dapat bertransformasi menjadi visual yang bermakna.
Menara, mengawali sesi dengan menjelaskan bahwa konsep karya adalah pondasi utama sebelum sebuah karya DKV lahir. “Konsep karya dapat diartikan sebagai suatu gagasan atau ide awal yang membentuk kerangka berpikir sebelum memulai proses kreatif,” jelasnya. Ini bukan sekadar langkah formal, melainkan sebuah proses berpikir mendalam yang melibatkan penentuan tema sebagai langkah pertama. “Tema apa yang akan kalian buat sebelum berkarya seni?” tanya beliau, mengajak siswa untuk merenungkan visi mereka. Setelah tema tertentukan, langkah berikutnya adalah menentukan jenis karya yang akan dibuat, apakah itu ilustrasi, sketsa, atau bentuk visual lainnya.
Beliau melanjutkan dengan menjelaskan bahwa karya seni adalah cerminan dari imajinasi manusia yang secara kreatif mampu menerjemahkan, memahami, dan menikmati hidup. Ini adalah kemampuan khusus manusia dalam memahami simbol, bentuk, dan makna secara visual. Karya seni memiliki keunikan tersendiri karena seringkali melampaui perwujudan visual yang sebenarnya, memberikan pengalaman yang lebih dari sekadar susunan faktual objek aslinya. Dengan kata lain, sebuah karya seni tidak harus menjadi replika praktis dari kenyataan, namun ia mampu menyajikan esensi dan makna yang lebih mendalam kepada penikmatnya.
Lebih lanjut, Menara menguraikan bahwa sebuah karya seni, terutama dalam konteks DKV, adalah objek estetika yang dibangun dari unsur-unsur rupa. Unsur-unsur ini meliputi garis, warna, bangun (dua dimensi), ruang (tiga dimensi), bentuk (baik cekung maupun cembung), dan penggabungan berbagai bentuk bidang yang merupakan hasil pengamatan. “Bentuk bidang yang dimaksud adalah totalitas desain dari semua unsur sehingga membentuk sebuah karya seni rupa yang utuh,” tegasnya.
Unsur-unsur visual atau seni rupa secara mendasar terdiri atas titik, garis, bidang, tekstur, ruang, dan warna. Namun, hanya memiliki unsur-unsur ini tidaklah cukup. “Ada cara untuk menyusun unsur-unsur tersebut agar menghasilkan sebuah karya yang harmonis, dan ini kita sebut sebagai prinsip seni,” papar beliau. Dalam bidang DKV, prinsip-prinsip ini dikenal sebagai prinsip desain, yang mencakup kesatuan, keseimbangan, proporsi, irama, kontras, harmonis, dan penekanan. Setiap prinsip memiliki perannya masing-masing dalam menciptakan komposisi visual yang efektif dan menarik. Kesatuan memastikan semua elemen bekerja sama. Keseimbangan menciptakan stabilitas visual. Proporsi berkaitan dengan hubungan ukuran antar elemen. Irama menciptakan pergerakan visual. Kontras menonjolkan perbedaan. Harmoni menyatukan elemen-elemen yang berbeda. Dan penekanan mengarahkan fokus mata pada elemen tertentu.
Setelah konsep, tema, dan jenis karya telah ditentukan, khususnya dalam bidang DKV, langkah krusial berikutnya adalah membuat sketsa karya. “Ide atau gagasan yang sudah kalian tentukan, dapat divisualisasikan dalam sebuah karya seni pada sebuah media dua dimensi seperti kertas gambar,” jelas guru Menara Lintang Was, S.Pd. Sketsa ini berfungsi sebagai jembatan antara ide abstrak dan wujud visual konkret.
Materi kemudian berlanjut pada Teknik Gambar Sketsa dan Ilustrasi. Beliau menjelaskan bahwa sketsa adalah gambar rancangan kasar yang dibuat dengan cepat dan tidak memerlukan detail yang rumit. Ini adalah tahap eksplorasi visual yang penting. Beberapa teknik gambar sketsa dan ilustrasi yang diperkenalkan kepada siswa meliputi:
- Teknik Arsir: Teknik ini melibatkan pengulangan garis-garis sejajar atau bersilang untuk menciptakan gelap terang atau bayangan. Arsir dapat memberikan volume dan tekstur pada objek.
- Teknik Dussel: Berbeda dengan arsir, teknik dussel menggunakan gosokan untuk menghasilkan efek gradasi yang halus, seringkali menggunakan jari atau alat khusus untuk meratakan goresan pensil.
- Teknik Pointilis: Teknik ini menggunakan titik-titik kecil yang berdekatan untuk membentuk gambar. Kepadatan titik-titik ini menentukan gelap terang dan bayangan pada objek.
- Teknik Aquarel: Teknik ini memanfaatkan media cat air yang transparan untuk menciptakan efek lembut dan tembus pandang.
Selain teknik-teknik menggambar, Menara juga mengenalkan Jenis-Jenis Gambar Ilustrasi yang umum ditemukan, antara lain:
- Gambar Kartun: Ilustrasi yang bersifat humoris atau sindiran, seringkali dengan karakter yang dilebih-lebihkan.
- Gambar Karikatur: Gambar potret yang dilebih-lebihkan pada fitur-fitur tertentu dari wajah atau tubuh seseorang untuk tujuan komedi atau kritik.
- Cerita Bergambar (Komik): Rangkaian gambar yang berurutan untuk menceritakan sebuah narasi.
Antusiasme terlihat jelas di wajah para siswa kelas X-E saat mereka menyerap setiap penjelasan. Mereka dipandu untuk memahami bahwa sketsa bukan hanya sekadar gambar awal, tetapi sebuah studi bentuk dan warna yang mendalam, fundamental dalam proses analisis sketsa Desain Komunikasi Visual. Dengan bekal pengetahuan ini, diharapkan para siswa MAN 2 Bantul akan mampu menghasilkan karya-karya DKV yang tidak hanya estetis, tetapi juga memiliki konsep dan makna yang kuat. Pertemuan ini menjadi langkah penting dalam membentuk calon-calon desainer dan ilustrator masa depan yang kompeten dan kreatif. ™