Sinergi Ruang Ibadah dan Pendidikan: Model Jigsaw Mahasiswa UNY Hidupkan Suasana Belajar di Masjid At-Ta’awun

Bantul (MAN 2 Bantul) – Suasana Masjid At-Ta’awun di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bantul tampak berbeda dari biasanya pada Rabu (13/8/2025). Bukan diisi dengan kegiatan ibadah rutin, puluhan siswa kelas XI D justru duduk melingkar dalam kelompok-kelompok kecil, terlibat dalam diskusi yang hidup. Mereka tengah mengikuti kegiatan pembelajaran Sosiologi yang inovatif, dipandu oleh mahasiswa Praktik Kependidikan (PK) dari program studi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Mengusung model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, para mahasiswa PK mencoba menghadirkan pengalaman belajar yang baru dan mendalam bagi para siswa. Topik yang diangkat dalam pembelajaran, yaitu “Faktor Penyebab Konflik.”

Kegiatan yang dimulai pukul 07.45 WIB ini dikoordinir oleh mahasiswa PK UNY. Salah seorang koordinator, sebut saja Mohammad Effendi Noor, menjelaskan bahwa pemilihan model Jigsaw bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif dan rasa tanggung jawab setiap siswa terhadap proses belajar.

Dalam model Jigsaw, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu sub-topik tertentu, yang kami sebut ‘tim ahli’. Setelah itu, mereka kembali ke kelompok asal untuk membagikan pengetahuan yang telah mereka kuasai kepada rekan-rekannya. Dengan cara ini, tidak ada siswa yang pasif.” jelas Effendi.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pemilihan Masjid At-Ta’awun sebagai lokasi belajar bukanlah tanpa alasan. “Kami ingin menggeser paradigma bahwa belajar hanya bisa dilakukan di dalam kelas yang kaku. Masjid, sebagai pusat kegiatan komunal dan spiritual, memiliki filosofi mendalam tentang kebersamaan dan persatuan. Ini sangat sejalan dengan materi konflik sosial yang kami ajarkan.” tuturnya.

Proses pembelajaran berlangsung dinamis. Para siswa awalnya dibagi ke dalam beberapa kelompok asal. Kemudian, mereka menyebar untuk membentuk tim ahli yang masing-masing membahas sub-topik seperti perbedaan antarindividu, perbedaan kepentingan, perbedaan agama, perbedaan kebudayaan dan perbedaan etnik. Suasana masjid yang tenang dan sejuk terbukti kondusif untuk diskusi mendalam. Setelah 30 menit berdiskusi di tim ahli, mereka kembali ke kelompok asal untuk ‘merangkai kepingan puzzle’ pengetahuan menjadi satu pemahaman utuh.

Salah seorang siswi, Seldnadia dari kelas XI D, mengaku sangat antusias dengan metode ini. “Awalnya sedikit bingung, tapi ternyata seru sekali. Saya jadi harus benar-benar paham materi saya karena harus menjelaskan ke teman-teman. Belajar di masjid juga rasanya lebih santai dan adem, jadi lebih mudah fokus.” ungkapnya.

Guru Pamong Sosiologi MAN 2 Bantul Sri Suhartun, S.Pd., mengapresiasi inovasi yang dibawa oleh para mahasiswa PK UNY. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya menyegarkan metode pengajaran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai karakter.

Ini adalah terobosan yang positif. Menggunakan masjid sebagai ruang belajar Sosiologi menunjukkan bahwa ilmu sosial dan nilai-nilai spiritual dapat berjalan beriringan. Model Jigsaw juga secara efektif melatih kemampuan komunikasi, kerja sama, dan kepercayaan diri siswa.” ujar Sri Suhartun. Ia berharap kolaborasi seperti ini dapat terus berlanjut untuk memperkaya pengalaman belajar siswa di MAN 2 Bantul. (ss)

Share ke sosial media
Tags:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by
Scroll to Top