Fokus pada Kurikulum Berbasis Cinta: Guru MAN 2 Bantul Ikuti MGMP Informatika Tingkat MA Se-DIY

Gunung Kidul (MAN 2 Bantul)  Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Informatika Tingkat Madrasah Aliyah (MA) se-D.I. Yogyakarta sukses menggelar pertemuan di Luwen Resort, Gunung Kidul, pada Kamis (14/8/2025). Pertemuan ini menghadirkan pembahasan krusial mengenai Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta pada mata pelajaran Informatika. Acara ini dihadiri oleh para guru informatika dari berbagai MA di D.I. Yogyakarta, termasuk delegasi dari MAN 2 Bantul, Tuti Mulyati.

Acara dibuka dengan penuh semangat oleh MC, Rahmawati Nafiah, yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua MGMP Informatika, Fajar Rahmadi. Beliau menekankan pentingnya kurikulum yang tidak hanya berfokus pada kecerdasan kognitif, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kepedulian sosial. Puncak acara adalah pemaparan materi oleh narasumber utama, Evi Effrisanti, yang secara mendalam mengupas tuntas konsep Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dan relevansinya dengan pendidikan informatika di era modern.

      

Dalam paparannya, Evi Effrisanti menjelaskan bahwa KBC menawarkan sebuah pendekatan holistik yang mengintegrasikan nilai-nilai cinta dan toleransi ke dalam proses pembelajaran. Menurutnya, kurikulum ini memiliki potensi besar untuk tidak hanya mengatasi masalah-masalah kemanusiaan di tingkat lokal, tetapi juga berkontribusi pada penyelesaian tantangan global. Dengan pendekatan ini, mata pelajaran seperti informatika tidak lagi hanya dipandang sebagai alat teknis, melainkan sebagai media untuk menanamkan empati dan kepedulian.

Di tengah kemajuan teknologi, banyak siswa yang masih mengabaikan sains dan memandang mata pelajaran tersebut hanya sebagai formalitas di sekolah. KBC berupaya mengubah persepsi ini dengan menunjukkan bahwa sains adalah cara untuk memahami kehidupan dan alam semesta. Pendekatan pembelajaran yang kaku dan minim relevansi dengan kehidupan nyata sering kali menjadi akar permasalahan. Dengan KBC, siswa didorong untuk tidak hanya menghafal teori, tetapi juga memahami makna mendalam di baliknya, sehingga ilmu pengetahuan menjadi lebih relevan dan menarik.

Evi Effrisanti menguraikan tiga tujuan utama dari KBC yang saling terkait untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik:

  1. Mewujudkan Madrasah Ramah Anak: Tujuan pertama KBC adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan toleran. Madrasah harus menjadi tempat yang sepenuhnya bebas dari segala bentuk kekerasan, baik fisik maupun psikis, termasuk perundungan (bullying) dan kekerasan seksual. Lebih dari itu, madrasah ramah anak adalah ruang di mana tidak ada tempat bagi diskriminasi dan intoleransi berdasarkan suku, agama, atau karakteristik individu. Setiap anak merasa diterima dan dilindungi, memungkinkan mereka untuk belajar dan berkembang tanpa rasa takut.
  2. Menciptakan Murid yang Sejahtera Secara Mental dan Spiritual: Indikator keberhasilan kedua KBC berfokus pada kesejahteraan mental dan spiritual siswa. Melalui kurikulum ini, siswa dibekali dengan keterampilan sosial dan emosional (SEL) yang kuat. Mereka diajarkan untuk mengenali dan mengelola emosi diri, memahami perasaan orang lain, serta membangun hubungan yang sehat. Keterampilan ini membekali mereka dengan resiliensi tinggi, membuat mereka tidak mudah menyerah dan mampu bangkit dari kesulitan. Tujuan akhirnya adalah membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan mampu mengoptimalkan potensi yang mereka miliki secara utuh.
  3. Membangun Madrasah Ramah Lingkungan: Pilar terakhir KBC adalah mewujudkan lingkungan belajar yang lestari, bersih, dan rapi. Kurikulum ini menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam dalam setiap aspek kehidupan madrasah. Pendidikan tidak hanya berhenti pada teori, tetapi juga pada penerapan budaya dan praktik ramah lingkungan secara konsisten, mulai dari kebijakan institusional hingga kebiasaan sehari-hari. Ini bisa mencakup program pengelolaan sampah, efisiensi energi, penanaman pohon, atau edukasi lingkungan yang berkelanjutan. Tujuannya adalah membentuk siswa yang mencintai dan bertanggung jawab terhadap alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari diri mereka.

Tuti Mulyati, delegasi dari MAN 2 Bantul, menyatakan antusiasmenya terhadap materi yang disampaikan. “Kurikulum Berbasis Cinta ini sangat relevan dengan tantangan pendidikan saat ini. Sebagai guru informatika, kami memiliki peran besar untuk mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam materi pelajaran. Bukan hanya mengajarkan coding atau algoritma, tetapi juga bagaimana teknologi bisa digunakan untuk kebaikan, untuk menciptakan solusi yang didasari empati dan kepedulian,” ujarnya.

MGMP Informatika Tingkat MA se-DIY berkomitmen untuk menindaklanjuti pembahasan ini dengan lokakarya dan program pelatihan berkelanjutan. Diharapkan, melalui implementasi KBC, para guru informatika dapat mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga berkarakter kuat, peduli, dan berempati, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada terciptanya dunia yang lebih damai dan harmonis. ™

Share ke sosial media
Tags:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by
Scroll to Top