Bantul (MAN 2 Bantul) — Suasana di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bantul terasa istimewa. Bukan karena adanya perlombaan atau perayaan besar, melainkan karena seluruh siswa dari kelas X, XI, dan XII terlibat dalam sebuah kegiatan yang syahdu dan penuh makna: Literasi Islamik. Aktivitas ini dirancang khusus untuk memperkuat karakter Islami siswa dan menumbuhkan budaya literasi Qur’ani di lingkungan madrasah.
Kegiatan Literasi Islamik ini mengharuskan setiap siswa untuk menuliskan dua ayat suci Al-Qur’an lengkap dengan terjemahannya. Sebuah langkah sederhana namun memiliki dampak yang mendalam, karena tidak hanya melibatkan aspek kognitif, tetapi juga mengedepankan sisi spiritual dan praktik langsung. Seluruh proses penulisan ini dipandu secara langsung oleh wali kelas masing-masing, memastikan setiap siswa mendapatkan bimbingan yang optimal dan dapat memahami makna dari ayat yang mereka tulis.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin (28/7/25) secara serentak di seluruh ruang kelas pada jam pelajaran pertama, menciptakan atmosfer kebersamaan dan kekhusyukan di seluruh penjuru madrasah. Pembagian ayat pun dilakukan secara spesifik berdasarkan tingkatan kelas. Siswa kelas X fokus pada ayat-ayat dari Surat Al-Baqarah, sebuah surat yang kaya akan petunjuk dan hukum-hukum dasar dalam Islam. Sementara itu, kelas XI mendalami ayat-ayat dari Surat Ali Imran, yang banyak membahas tentang keimanan, kesabaran, dan perjuangan. Terakhir, kelas XII, sebagai tingkatan tertinggi, menuliskan ayat-ayat dari Surat An-Nisa, yang banyak berfokus pada hak-hak perempuan, keluarga, dan keadilan sosial. Pemilihan surat-surat ini menunjukkan adanya kurikulum yang terencana, memastikan siswa terpapar pada berbagai aspek ajaran Islam yang relevan dengan usia dan tingkat pemahaman mereka.
Ide inovatif di balik kegiatan Literasi Islamik ini berasal dari Tujilah, Kepala Perpustakaan MAN 2 Bantul. Beliau menjelaskan filosofi di balik program ini, “Kami ingin menghadirkan aktivitas literasi yang tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca-menulis siswa, tetapi juga secara signifikan memperkuat pemahaman keislaman mereka. Literasi tidak hanya tentang membaca buku atau menulis esai; ia juga mencakup pemahaman mendalam terhadap teks-teks suci, dalam hal ini Al-Qur’an.”
Visi ini menunjukkan pergeseran paradigma dalam memahami literasi, yang kini tidak hanya terbatas pada kemampuan berbahasa, tetapi juga meluas ke ranah spiritual dan keagamaan. Program ini menjadi bukti nyata bahwa perpustakaan, sebagai jantungnya ilmu pengetahuan, dapat menjadi garda terdepan dalam pengembangan karakter siswa.
Dukungan penuh terhadap program ini datang dari Nur Hasanah Rahmawati, Kepala Madrasah MAN 2 Bantul. Beliau menyambut hangat inisiatif ini, mengakui potensi besar yang terkandung di dalamnya. “Ini adalah langkah sederhana namun berdampak besar,” ujarnya dengan optimis. “Siswa tidak hanya sekadar membaca huruf-huruf Al-Qur’an, tetapi mereka juga diajak untuk membayangkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, meresapinya, dan kemudian menghidupkannya dalam tulisan tangan mereka sendiri. Proses menulis ini menjadi jembatan antara pemahaman abstrak dan ekspresi konkret“. Pernyataan ini menyoroti pentingnya internalisasi nilai-nilai keagamaan melalui aktivitas yang melibatkan indra dan motorik, menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan berkesan.
Antusiasme yang ditunjukkan oleh para siswa selama kegiatan ini sangat terlihat, mencerminkan adanya ketertarikan dan keinginan untuk belajar lebih dalam tentang ajaran agama mereka. Dukungan penuh dari pihak madrasah, mulai dari kepala madrasah hingga para wali kelas, juga menjadi faktor kunci keberhasilan program ini. Dengan respons positif seperti ini, terdapat harapan besar bahwa kegiatan Literasi Islamik ini tidak akan berhenti hanya sebagai acara sesekali. Sebaliknya, diharapkan kegiatan ini akan menjadi rutinitas mingguan di MAN 2 Bantul.
Apabila program ini dapat diimplementasikan secara rutin, manfaatnya akan berlipat ganda. Pertama, ia akan terus membangun dan mempererat kedekatan spiritual siswa dengan Al-Qur’an, menjadikan kitab suci ini bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Kedua, program ini akan secara konsisten mengasah keterampilan literasi Qur’ani siswa, meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca, memahami, dan menginterpretasikan ayat-ayat suci. Ini bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang merenungkan, mengkaji, dan menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan nyata.
Secara keseluruhan, kegiatan Literasi Islamik di MAN 2 Bantul merupakan contoh cemerlang bagaimana sebuah institusi pendidikan dapat menggabungkan pengembangan akademis dengan penguatan karakter keagamaan. Dengan fokus pada penulisan ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya, madrasah ini tidak hanya menciptakan siswa yang cerdas secara intelektual, tetapi juga siswa yang berakhlak mulia dan memiliki pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai Islami. Inisiatif ini patut menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lain yang ingin menciptakan lingkungan belajar yang holistik dan religius. (Rys)