Bantul (MAN 2 Bantul) – MAN 2 Bantul kembali menunjukkan kontribusinya dalam penguatan kualitas pendidikan melalui keikutsertaan guru Kimia, Puji Lestari, dalam Workshop Penguatan Literasi Media dan Informasi (LMI) yang diselenggarakan oleh Solopos Institute bekerja sama dengan UNESCO. Kegiatan yang merupakan bagian dari program internasional Social Media 4 Peace ini berlangsung pada SabtuāMinggu, 22ā23 November 2025 di Hotel Megaland Solo, dan dihadiri oleh 37 peserta yang terdiri atas guru, kepala madrasah, serta perwakilan Kementerian Agama dari berbagai daerah di Indonesia. Dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hadir tiga delegasi lembaga pendidikan Islam yaitu Edi Triyanto (Kepala MAN 1 Yogyakarta), Siska Yuniati (MTsN 1 Yogyakarta), dan Puji Lestari (MAN 2 Bantul).
Pelaksanaan workshop ini dilandasi oleh semakin tingginya intensitas penggunaan media digital di kalangan pelajar. Saat ini, media sosial menjadi salah satu sumber utama yang digunakan siswa untuk memperoleh informasi, baik terkait isu keagamaan maupun pengetahuan umum. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa media sosial kerap menggantikan peran sumber belajar tradisional, sehingga penguatan literasi media dan informasi menjadi kebutuhan mendesak agar pelajar mampu memilah, memeriksa, dan menafsirkan informasi secara kritis. Menjawab tantangan tersebut, Solopos Institute bersama UNESCO mengembangkan modul LMI yang relevan dengan konteks sekolah agama, dan workshop ini menjadi ruang uji coba sekaligus penyempurnaan modul melalui praktik langsung bersama para pendidik.
Selama dua hari kegiatan, peserta mendapatkan pembelajaran intensif yang mencakup pemahaman konsep dasar LMI, praktik cek fakta menggunakan fact-checking tools, analisis kasus misinformasi dan ujaran kebencian, serta penerapan etika digital untuk mewujudkan ruang maya yang aman dan sehat. Peserta juga mengikuti simulasi pembelajaran unplugged dan plugged, sehingga guru dapat menerapkan literasi digital dalam berbagai kondisi sarana madrasah. Dengan pendampingan fasilitator dari Solopos Institute, peserta diajak mendalami pola penyebaran hoaks, memahami karakteristik konten manipulatif, sekaligus menyusun strategi kontra-narasi yang etis dan edukatif untuk membekali siswa menghadapi tantangan dunia digital.
Diskusi berlangsung aktif dan kolaboratif, terlebih ketika delegasi dari DIY membagikan pengalaman mereka. Edi Triyanto menyoroti pentingnya kepemimpinan kepala madrasah dalam membangun budaya literasi digital yang berkelanjutan. Siska Yuniati membagikan praktik pendampingan penggunaan media sosial pada siswa MTs, sementara Puji Lestari memaparkan contoh pembelajaran sains yang mengintegrasikan literasi digital untuk melatih kemampuan verifikasi fakta dan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Workshop diakhiri dengan penyusunan rencana aksi berbasis sekolah oleh seluruh peserta. Rencana tersebut mencakup strategi integrasi literasi media dalam mata pelajaran, penguatan budaya literasi digital di lingkungan madrasah, pelibatan aktif siswa dalam kampanye media positif, serta pengembangan pendampingan literasi digital yang mampu menciptakan interaksi aman, sehat, dan bertanggung jawab di ruang maya. Puji Lestari menilai workshop ini sangat relevan dengan kebutuhan pembelajaran zaman sekarang. Menurutnya, literasi media dan informasi bukan sekadar kemampuan teknis, tetapi juga bagian penting dari pendidikan karakter, yang menuntun siswa memahami dampak etis dan sosial dari setiap informasi yang mereka produksi maupun konsumsi.
Kepala MAN 2 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas keikutsertaan guru madrasah dalam kegiatan berskala nasional yang didukung UNESCO tersebut. āKami sangat mengapresiasi keikutsertaan guru MAN 2 Bantul dalam kegiatan berskala nasional yang didukung UNESCO ini. Madrasah terus berkomitmen memperkuat literasi digital sebagai bagian dari pembentukan profil pelajar yang berintegritas, kritis, dan adaptif terhadap tantangan era digital. Kami berharap pengalaman dari workshop ini dapat menjadi pemantik penguatan literasi media dan informasi, baik dalam pembelajaran di kelas maupun dalam pengembangan program literasi madrasah secara berkelanjutan.ā ujar Kepala MAN 2 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati.






