Bantul (MAN 2 Bantul) – Suasana belajar di kelas XI D MAN 2 Bantul pada Rabu (27/8/25) terasa begitu berbeda. Jika biasanya pembelajaran Sosiologi berjalan dengan suasana serius dan penuh penjelasan teoretis, kali ini ruangan dipenuhi keceriaan, teriakan semangat, hingga gelak tawa. Para siswa tidak hanya duduk di kursi mendengarkan, melainkan berubah menjadi “detektif” yang siap memburu misteri. Semua itu berkat kreasi mahasiswa Praktik Kependidikan (PK) dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mengemas materi Teori Kekerasan dengan pendekatan permainan interaktif.
Melalui metode game-based learning bertajuk Detektif Sosiologi, siswa diajak menjelajahi teori dengan cara baru yang lebih menantang. Materi yang umumnya dianggap sulit karena penuh istilah abstrak, diubah menjadi perburuan pengetahuan yang membutuhkan kerja sama dan strategi kelompok.
“Kami ingin menunjukkan bahwa belajar Sosiologi bisa menyenangkan. Materi teori kekerasan cukup kompleks, sehingga perlu disajikan dengan cara yang membuat siswa mengalami langsung proses belajarnya.” jelas Effendi, salah satu mahasiswa PK UNY yang menjadi fasilitator.
Permainan dimulai dengan petunjuk berupa klu yang harus dipecahkan tiap kelompok. Klu ini membawa mereka menuju titik-titik tersembunyi di area madrasah, seperti taman, perpustakaan, hingga papan mading. Di setiap lokasi, tersimpan gulungan kertas yang menyerupai surat wasiat kuno berisi potongan materi. Ada yang menjelaskan teori kekerasan faktor individu, ada pula yang memaparkan dinamika kelompok hingga kerusuhan massa.
Antusiasme siswa begitu terasa. Mereka berlari kecil, berdebat dalam kelompok, hingga bersorak saat menemukan gulungan terakhir. “Rasanya kayak main treasure hunt. Jadi lebih gampang ingat teori karena kami harus cari dan baca sendiri bareng-bareng,” ungkap Sabana, siswi XI D dengan wajah berbinar.
Setelah misi selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil temuannya di kelas. Mahasiswa PK UNY kemudian memfasilitasi diskusi untuk merangkai potongan materi menjadi pemahaman yang utuh.
Lewat kegiatan ini, siswa tidak hanya memahami teori kekerasan, tetapi juga melatih keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, serta kerja tim. Inovasi “Detektif Sosiologi” pun menjadi bukti bahwa pembelajaran kreatif mampu menghidupkan suasana kelas dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik. (ss)