Menelusuri Jejak Sejarah: Siswa MAN 2 Bantul Pelajari Sejarah Kerukunan Lintas Iman

Bantul (MAN 2 Bantul) – Sebanyak 20 siswa terpilih dari MAN 2 Bantul mengikuti acara Harmoni Class hari ini. Fokus sesi kali ini adalah pemahaman mendalam mengenai Sejarah Kerukunan dan Konflik antara Umat Beragama di Indonesia, yang disampaikan langsung oleh sejarawan dan pakar toleransi, Darul Ma’arif Asri.

Darul Ma’arif Asri memulai materinya dengan mengajak para siswa melihat kembali ke akar peradaban Indonesia. Ia menegaskan bahwa kerukunan antarumat beragama bukanlah fenomena baru, melainkan telah menjadi DNA bangsa sejak masa lampau.

Seringkali kita hanya fokus pada konflik yang terjadi. Padahal, sejarah kita dipenuhi dengan kisah-kisah sukses kerukunan yang jauh lebih panjang dan mendalam.” jelas Darul Ma’arif Asri.

Salah satu poin yang ditekankan adalah peran penting Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Menurutnya, Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat, tetapi juga telah menjadi pusat studi lintas kepercayaan yang menarik bagi para sarjana dari berbagai penjuru dunia, termasuk Tiongkok dan India, yang ingin mempelajari Buddhisme dan agama lain.

Hal ini membuktikan bahwa jauh sebelum konsep modern tentang toleransi dikenal, nenek moyang kita sudah menerapkan praktik hidup berdampingan yang harmonis. Mereka mampu menciptakan ekosistem yang mendukung dialog dan pertukaran ilmu pengetahuan, terlepas dari latar belakang keimanan.” tambahnya.

Dalam konteks kekinian, Darul Ma’arif Asri menekankan bahwa Indonesia dengan keragaman budaya, suku, dan agama merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Ia mendorong siswa untuk mengubah perspektif yang sering melihat keragaman sebagai sumber perpecahan.

Keragaman bukan masalah, melainkan potensi luar biasa untuk membangun peradaban. Konflik muncul bukan karena perbedaan itu sendiri, melainkan karena kegagalan kita dalam mengelola perbedaan, kurangnya komunikasi, dan minimnya pemahaman sejarah.” tegasnya.

Materi sejarah yang disajikan mencakup studi kasus mengenai keberhasilan komunitas lintas iman dalam membangun infrastruktur bersama, membantu satu sama lain dalam ritual keagamaan, hingga menghadapi tantangan kolonialisme secara bersama-sama.

Sesi ini juga membahas secara kritis mengenai beberapa konflik bernuansa agama yang pernah terjadi di Indonesia. Namun, analisisnya selalu diakhiri dengan penekanan bahwa konflik tersebut adalah anomali, bukan representasi utama dari hubungan antarumat beragama di Indonesia yang pada dasarnya damai.

Para siswa MAN 2 Bantul yang mengikuti sesi ini menunjukkan antusiasme tinggi. Salah satu siswa, Wening Arofah, mengatakan, “Saya baru sadar bahwa praktik toleransi itu sudah ada sejak zaman kerajaan, bahkan sejak Sriwijaya. Ini membuat saya lebih bangga menjadi bagian dari bangsa ini dan termotivasi untuk menjaga warisan harmoni tersebut.”

Melalui Harmoni Class, MAN 2 Bantul berupaya mencetak generasi muda yang memiliki kesadaran sejarah dan kemampuan analitis yang tajam, sehingga mereka dapat menjadi agen perdamaian yang memahami bahwa kerukunan antar umat beragama adalah warisan sejarah yang wajib dilestarikan.

Darul Ma’arif Asri menutup materinya dengan pesan, “Jadikan sejarah sebagai guru terbaik. Pahami bahwa di balik setiap konflik, ada ribuan tahun kerukunan yang telah menjadi fondasi kokoh bagi negeri kita.”

Share ke sosial media
Tags:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by
Scroll to Top