Zero Waste, Zero Worry: Dari Sisa Makanan MBG, Tumbuh Magot untuk Pakan Ikan

Bantul (MAN 2 Bantul) — Inovasi pengelolaan sampah organik kembali digalakkan di MAN 2 Bantul melalui program Pengelolaan Food Waste MBG. Sejak hadirnya program Makan Bergizi Gratis (MBG), pengelolaan sisa makanan semakin terarah dan berdaya guna. Pada Kamis (9/10/2025), upaya tersebut mulai membuahkan hasil berupa ratusan hingga ribuan magot. Dengan semangat “Zero Waste, Zero Worry”, siswa dan guru bersama-sama mengubah sisa makanan menjadi sumber kehidupan baru yang bermanfaat—seperti magot untuk pakan ikan, pupuk cair, dan kompos padat.

Setiap hari setelah kegiatan MBG berlangsung, seluruh sisa makanan tidak dibuang, melainkan dikumpulkan untuk pakan ternak dan sebagian diolah menggunakan media Losida (Lodong Sisa Dapur) serta ember tumpuk. Sisa nasi, lauk, dan sayur matang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan kulit buah dan sayuran mentah dijadikan bahan pengisi ember tumpuk dan losida. Bahan-bahan tersebut dibiarkan dalam kondisi lembap untuk memancing mikroorganisme dan lalat Black Soldier Fly (BSF) datang serta bertelur.

Hasilnya mulai terlihat sekitar dua pekan kemudian. Dari tumpukan bahan organik yang telah terurai, muncul magot berukuran sedang yang hidup aktif di antara sisa makanan. Magot ini merupakan larva Black Soldier Fly yang dikenal memiliki kandungan protein tinggi dan sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak maupun ikan. “Awalnya kami hanya berharap bisa menghasilkan pupuk alami dari sisa makanan MBG, tetapi ternyata muncul magot dalam jumlah banyak yang bisa kami manfaatkan untuk pakan ikan lele di losida dan ember tumpuk.” tutur Daffa Aufa, siswa kelas XE, dengan bangga.

Kehadiran magot membawa manfaat besar bagi kegiatan budidaya ikan lele di madrasah. Magot yang dihasilkan secara alami memiliki kandungan protein sekitar 40–45 persen, sehingga sangat baik untuk pertumbuhan ikan lele. Dengan demikian, madrasah tidak hanya mengurangi limbah MBG (food waste), tetapi juga menghemat biaya pakan sekaligus menciptakan ekosistem yang saling terhubung antara pengelolaan sampah, budidaya ikan, dan pertanian sayur.

Selain menghasilkan magot, bagian bawah ember tumpuk juga memproduksi pupuk organik cair (POC) dan kompos padat. Kedua hasil sampingan ini digunakan untuk menyuburkan tanaman di kebun madrasah. Seluruh proses berlangsung dalam sistem sirkular yang sempurna—tanpa limbah, tanpa residu—semuanya kembali menjadi berkah bagi lingkungan.

Menurut Puji Lestari, guru Kimia MAN 2 Bantul, kegiatan ini merupakan pembelajaran kontekstual yang mempertemukan sains dengan nilai-nilai ekologis.
Anak-anak belajar langsung tentang proses dekomposisi dan siklus hidup makhluk hidup. Mereka melihat bahwa dari sisa makanan pun bisa tumbuh kehidupan baru yang bermanfaat. Ini bentuk nyata pembelajaran yang bermakna dan mendidik karakter peduli lingkungan.” ungkapnya.

Kepala MAN 2 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati, memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Menurutnya, program Makan Bergizi Gratis tidak hanya menyehatkan warga madrasah, tetapi juga melatih siswa berpikir berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Dengan semangat Zero Waste, Zero Worry, anak-anak belajar bahwa semua ciptaan Allah memiliki fungsi. Bahkan dari sisa makanan pun bisa lahir keberkahan.” ujarnya.

Kini, MAN 2 Bantul terus berinovasi menjadi madrasah hijau yang mandiri pangan dan ramah lingkungan. Dari sisa makanan MBG lahir magot untuk pakan ikan, dari hasil penguraian muncul pupuk bagi tanaman, dan dari tanah yang subur tumbuh sayuran bergizi. Semua kembali ke alam dalam satu siklus yang utuh—dari sisa menjadi berkah, dari limbah menjadi kehidupan—selaras dengan semangat Zero Waste, Zero Worry yang terus tumbuh di MAN 2 Bantul.

Share ke sosial media
Tags:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by
Scroll to Top