Karya: Nissa Rahmawati dan Raisa Nur Sakina
Namaku Caie, aku tinggal di keluarga harmonis. Ayahku pemilik rumah makan Padang yang disukai banyak orang. Ibuku selalu membantu ayah berjualan. Ibu bisa dikatakan wanita yang familiar dengan teknologi modern seperti handphone.Ā Ia selalu mempromosikan makanan yang kami jual di media sosial. Upayanya membuahkan hasil, dengan banyaknya orang yang datang ke warung kami untuk membeli makanan. Oh iya, aku memiliki dua adik, panggil saja Bayu dan Kusuma. Ibuku selalu menerapkan sikap menghargai dan menyayangi orang lain dengan tulus seperti kita menyayangi diri sendiri. Tak heran jika aku dan kedua adikku jarang sekali bertengkar, karena aku sangat menyayangi mereka.
***
Pagi tampak cerah dengan kicauan riang burung yang bersahutan serta semerbak aroma harum kopi memenuhi dapur ketika ibu sibuk menyiapkan bekal sekolah. Dengan cermat, ia memilih menu serta bahan makanan kami. Ibu selalu mengatakan kalau makanan mempunyai peran penting untuk pertumbuhan anak-anaknya. Ini salah satu cara ibuku mengekspresikan kasih sayangnya kepada kami. Aku, ayah dan kedua adikku segera menuju meja makan. Tak menunggu lama suara gemertak dan bau harum memenuhi ruangan. Sarapan bersama selalu menjadi prioritas keluarga kami sebelum sibuk dengan rutinitas harian masing-masing.
“Semangat sekolahnya ya, kak dan adek. Kalian tahu ga sih, pergi ke sekolah untuk mencari ilmu itu bisa mendatangkan pahala, loh,” ucap ibu sambil menuangkan susu ke dalam gelas.
“Bener buk, kata guru aku juga gitu. Makanya aku jadi semangat sekolah meskipun sulit buat memahami materi yang banyak banget itu.” Jawab Caie diikuti gelak tawa ayah sambil berkata, “Sama kak, dulu ayah juga pusing sama materi-materi yang dikasih sama guru. Akan tetapi ayah nggak nyerah kak. Dulu ayah sampai les privat biar gak ketinggalan sama temen.”
“Ayah keren banget, aku mau berusaha kayak ayah!”Ā ucap Bayu dengan semangat.
“Kalian semua anak yang hebat, ayah doakan agar kalian sukses di masa sekarang dan masa depan.” Motivasi dan ucap ayah penuh harap.
“Aaamin!” Tegas ibu dan tiga anak laki-laki itu.
Ayah bergegas ke halaman rumah untuk memanaskan mobil yang akan digunakan untuk mengantar aku dan kedua adikku ke sekolah.
Setelah beberapa menit perjalanan menuju sekolah, kini aku telah sampai di kelas. Suasana kelas yang begitu ramai membuatku merasa heran. Lantas, aku pun bertanya pada teman sebangkuku. “Ini ada apa sih kok rame banget?”
“Lah kamu lupa Caie? ini hari pahlawan. Kemarin Bu Wati ngasih kita semua tugas tentang kepahlawanan.” Ucap Alpin tanpa menengok ke Caie dan terus menulis.
Aku pun teringat. Segera aku mengambil buku PKN dan menuliskan pandanganku tentang apa itu pahlawan menurut diriku.
Namun, waktu telah menunjukkan pukul 07.00. Semua murid bergegas ke halaman sekolah untuk upacara memperingati Hari Pahlawan. Dengan rasa panik, aku segara meninggalkan tugasku dan bergegas menuju lapangan sekolah.
Aku bertanya kepada Alpin, “Al, kamu udah sampe mana ngerjainnya?”
“Aku udah sampe bagian siapa pahlawan yang ada di hidupku. Tugasnya gampang kok Caie. Kamu gak usah panik kayak gitu” Jawab Alpin dengan tawa ringan.
“Ya gimana gak panik Al, aku aja belum ngerjain sama sekali sedangkan kamu udah” Ucap Caie sedikit kesal.
Tepat saat kepala sekolah memberikan amanat, ada satu teman kelasku yang sejak tadi terus berisik.
“Ahh.. Capek banget berdiri terus mana panas lagi. Gak jelas banget sih kepala sekolahnya ngomong terus” Ucap Joy sambil mengipasi wajahnya yang sudah berkeringat dan memerah.
“Ehh kamu gak boleh bilang kayak gitu, ini belum seberapa sama perjuangan para pahlawan dulu yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa biar anak cucunya gak hidup sengsara dan tertekan oleh negara penjajah”Ā Ucap Raka pada Joy. Sebenarnya Raka juga lelah berdiri terus menerus. Akan tetapi ia mengingat apa yang telah diucapkannya barusan.
Upacara hari pahlawanpun selesai. Aku segera kembali ke kelas dan mengerjakan kembali tugasku.
“Eh Caie, aku lupa bilang ke kamu kalau nanti tugasnya juga dipresentasikan” Ucap Alpin mengingatkan kepada Caie.
“Ohh. Makasih ya infonya.” Ucapku. Dari raut wajah Alpin dapat terlihat kalau ia heran. Alih alih menjawab dengan rasa panik, aku menanggapi Alpin dengan santai. Alpin segera pergi dan melanjutkan tugasnya, kami fokus mengerjakan tugas masing – masing.
Lima menit kemudian Bu Wati masuk kelas. “Assalamualaikum anak-anakku.”
“Walaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh”. Ucap semua murid dengan semangat.
“Ayo anak-anak langsung saja presentasi, siapa yang ingin maju pertama?” Tanya Bu Wati
Dengan cepat Joy mengangkat tangannya dan maju kedepan. Joy memang anak yang rajin dan pintar. Tak heran, ia selalu menjadi peringkat satu di kelas.
Joy memulai presentasi dengan penuh semangat.
“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Saya di sini akan mempresentasikan tugas yang telah saya kerjakan. Apa sih arti pahlawan menurutmu? Menurut saya, pahlawan ialah orang yang menonjol karena keberanian serta pengorbanannya dalam membela kebenaran. Pahlawan adalah pejuang yang gagah berani. Dalam membela kebenaran, pahlawan harus mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, bahkan nyawa. Pahlawan tidak berjuang untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kepentingan masyarakat, bangsa, serta negara. Bahkan, kepahlawanan itu ada di setiap orang. Ada di sisi kita yang dengan tulus memberikan kepada orang lain tanpa mengharapkan sesuatu atau imbalan. Sekian presentasi dari saya, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh ”
Suara tepuk tangan riuh melingkupi seluruh ruangan.
“Terimakasih Joy atas presentasi pembuka pada pagi hari ini. Lalu siapa lagi yang ingin maju kedepan?” Ucap Bu Wati
“Saya buu!” Teriakku sembari mangangkat tangan.
“Silakan Caie” Ucap Bu Wati mempersilakan.
Alpin pun terkejut tak menyangka bahwa Caie presentasi lebih dulu dibandingkan dirinya.
“Assalamualaikum teman-teman dan Bu Wati” Ucap ku untuk membuka presentasi.
“Walaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh” Jawab Bu Wati dan murid lainnya.
“Di sini saya akan mempresentasikan tugas PPKN saya yang bertemakan pahlawanku. Terdapat beberapa pahlawan yang kita kenali yaitu Soekarno Hatta yang mendirikan Partai Nasional Indonesia. Soekarno jugalah yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda hingga ia diasingkan. Hingga pada 1945, Soekarno bersama Hatta memanfaatkan situasi untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah merdeka, Soekarno menjadi presiden pertama Republik Indonesia selama 22 tahun. Selanjutnya Ki Hajar Dewantara pahlawan kemerdekaan Indonesia yang tak boleh dilupakan. Perjuangannya melalui pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa tahun 1912 terasa dampaknya hingga sekarang. Taman Siswa menjadi Sekolah pertama di Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan yang tidak memungut biaya sekolah.ā
Masih melanjutkan kalimatku, āNamun, kata pahlawan bukan hanya untuk para pejuang yang telah memerdekakan negara. Orang tua juga dapat disebut pahlawan karena mereka yang membesarkan kita. Ayah adalah seorang prajurit tanpa pangkat yang rela mengorbankan dirinya untuk memperjuangkan keluarganya. Selalu berjuang untuk menghidupi keluarganya dengan cara yang baik dan benar, agar kelak anak-anaknya dapat melakukan hal baik pula dan berguna bagi lingkungan dan masyarakat. Ibuku adalah pahlawanku. Bukan saja karena ia telah melahirkan dan membesarkanku, melainkan ia adalah manusia pertama yang memberi segala inspirasi. Baik itu suka dan duka, sedih dan gembira, tangis dan tawa, juga segala senang dan derita. Saat diriku mulai tumbuh, Ibu melakukan peran yang penting demi masa depanku, memenuhi kebutuhanku, mengajarkan keimanan kepadaku, pendidikan, dan ilmu sosial agar aku mampu menjadi orang yang berguna dalam keluarga, masyarakat, dan negara.
Maka dari itu menghormati orang tua merupakan hal yang wajib dan mesti dilakukan oleh seorang anak. Orang tua telah bekerja keras menguras keringat untuk membiayai berbagai kebutuhan hidup anaknya, baik dalam segi pendidikan dan kehidupan sehari-hari hingga anak dewasa. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya. Setiap orang tua berharap anaknya mendapatkan hal yang terbaik dalam segala hal. Seperti pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, pemikiran, kecerdasan dan lain sebagainya. Tidak ada orang tua yang mengharapkan anaknya mendapatkan sesuatu hal yang buruk. Sekian presentasi dari saya wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.ā
Semua bertepuk tangan dengan semangat. Tak sedikit dari mereka yang memberi pujian atas presentasiku. Mereka bilang itu keren dengan pengerjaan waktu yang singkat. Tak terasa mataku turut berkaca-kaca menyadari semua kata-kata yang keluar dari lisanku tadi seakan mengalir begitu saja menyuarakan isi hati penggambaran pengorbanan ayah dan ibu selama ini. āTerimakasih ayah terimakasih ibuā. Ucapku lirih.
***