Karya: Hanif Zuhdan dan Raisa Nur Sakina
Ruangan sepetak yang terletak berdampingan dengan Lapangan Futsal itu, kini tampak lebih sering tertutup. Tak seperti biasanya, ruangan yang dari jarak sekian langkah menyebarkan wangi semerbak malaikat subuh menandakan si empunya sedang semedi, kini tak lagi menyiratkan tanda-tanda kehidupan. Ya, ruangan tersebut kini tidak lagi ditinggali oleh si empunya, setelah merampungkan tugas kedinasan terhitung sejak 1 Desember lalu. Pak Ulul, warga madrasah biasa memanggil Beliau. Mulai kalangan siswa, staff hingga sesama rekan guru.
Nama lengkapnya adalah Ulul Ajib, seorang Kepala MAN 2 Bantul kelahiran dari daerah Pesisir Pantai Utara yaitu kota Pati Jawa Tengah. Sekilas siapapun yang berjumpa dengannya akan spontan memanggilnya dengan panggilan āKyaiā. Beliau sangat lekat dengan religiusitas serta karismatik dan wibawanya. Tak heran jika beberapa siswa di belakang layar kerap memanggilnya dengan sebutan Abah. Setelah ditelisik secara mendalam oleh tim Jurnalistik MAN 2 Bantul, Ulul Ajib merupakan putra dari seorang Kyai. Seperti kata pepatah ābuah jatuh tak jauh dari pohonnyaā, begitulah sosok Ulul Ajib yang mewarisi orang tuanya. Meskipun begitu, tidak seperti anak Kyai lainnya yang familiar dipanggil dengan sebutan Gus, sebaliknya Ulul Ajib sendiri tidak ingin dipanggil ‘Gus’. Cukup dengan panggilan biasa saja, katanya dalam sesi wawancara sebelum menginjak waktu purna.
Sejak kecil Ulul Ajib dibesarkan di lingkungan yang agamis. Ia tinggal di pesantren sejak duduk di bangku kelas 5 SD hingga lulus Sekolah Menengah Atas tepatnya di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Seusai menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas, Ulul Ajib memilih untuk merantau ke kota Istimewa yakni Kota Yogyakarta pada tahun 1984. Ia melanjutkan pendidikan perguruan tingginya di 2 Universitas, yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga dan IKIP yang kini sudah berganti nama menjadi Universitas Negri Yogyakarta (UNY). Sebelum duduk di bangku perkuliahan, Ulul Ajib telah menunjukkan kiprahnya dalam dunia pendidikan yakni melalui pengalaman dan keaktifan mengajar di lingkungan masyarakat, salah satunya mengajar ngaji. Semasa kuliah, ia juga aktif di berbagai organisasi yakni Organisasi Kepramukaan dan Palang Merah Remaja (PMR).
Setelah berhasil menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1990, Ulul Ajib diangkat menjadi guru untuk pertama kalinya di MTsN Prambanan Kabupaten Sleman yang kini bernama MTsN 8 Sleman. Berselang enam tahun kemudian tepatnya tahun 1996, Ulul Ajib difokuskan di MAN LAB UIN Sunan Kalijaga yang semula bernama MAN Laboratorium Fakultas Tarbiyah. Kemudian pada tahun 2004 Ulul Ajib menjadi Kepala MAN LAB UIN Sunan Kalijaga yang sekarang ini menjadi MAN 4 Bantul. Kiprahnya menjadi tenaga pengajar terus menunjukkan angka-angka emas. Berselang 10 tahun kemudian yakni pada tahun 2014, Ulul Ajib dipindah tugas di MAN Godean yang kini menjadi MAN 1 Sleman. Berawal dari sinilah, orang nomor satu MAN 2 Bantul tersebut pada akhirnya pindah tugas ke MAN 2 Bantul setelah mengabdi selama 3 tahun lamanya di MAN 1 Sleman pada 2018-2023.
Dalam narasinya, pencapaian-pencapaian gemilang dalam dunia pendidikan tidak lepas dari peran serta dukungan keluarga. Keluarga merupakan motivasi utama Ulul Ajib untuk terus maju dan sukses. Orang tuanya yang juga seorang guru sejak dahulu memberikan gambaran menyenangkan dan nikmatnya menjadi seorang guru. Selain itu, guru merupakan cita-cita yang mulia sebagaimana junjungan Nabi Muhammad juga merupakan seorang muallim. Sebelum menjabat menjadi Kepala MAN 2 Bantul, Ulul Ajib awal mulanya merupakan guru matematika. Hal ini bagi sebagian besar siswa MAN 2 Bantul menjadi sesuatu yang unik dan mengherankan, karena dalam benaknya, Ulul Ajib mengampu mata pelajaran agama. Disertai dengan motivasi yang kuat Ulul Ajib akhirnya menempati posisi kepala madrasah di MAN 2 Bantul.
Tidak hanya berjibaku di dunia pendidikan formal madrasah, Ulul Ajib mengatakan pasca wawancara bahwa ia sering mengaji dan berguru dengan seorang Kyai Kharismatik yang bernama KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau biasa disebut āGus Baha”. Gus Baha merupakan ahli tafsir dan pakar Al-Qurāan. Dari beragam ilmu yang diperoleh salah satunya yang menjadi wejangan bagi Ulul Ajib dari Gus Baha adalah āNang, nek iso dadi wong urip iku pokoke mengajar. Mengajar dadi guru iku wajib. Minimal mengajar ke anaknya, keluarganya terutama mengajar pada diri sendiriā. Begitulah wejangan Gus Baha yang selalu terpatri dalam ingatannya.
Ulul Ajib kembali memutar ingatannya semasa berada di pondok pesantren yang terletak di Kudus, Jawa Tengah. Ulul Ajib juga mendapatkan wejangan dari seorang Ustadz tentang ilmu Matematika. Ustadz tersebut menyatakan kepada Ulul Ajib, “Matematika, khususnya trigonometri, merupakan pelajaran wajib. Dengan trigonometri, kita dapat mempelajari ilmu Falaq, yang berguna untuk menentukan waktu-waktu penting seperti awal dan akhir Ramadhan.” Melalui kisahnya itulah, Ulul Ajib sharing sebuah tips kepada orang banyak terutama siswa MAN 2 Bantul agar memiliki motivasi dan bisa memahami ilmu Matematika dengan mudah. Menurut Ulul Ajib mempelajari ilmu Matematika tidak harus melotot tetapi gunakan metode 3S dalam mempelajarinya yakni santai, serius, selesai. Santai bukan berarti seenaknya, serius bukan berarti harus melotot dan selesai harus diselesaikan pada waktu itu jangan sampai ditunda dan berhenti di tengah jalan. Dengan mengingat metode ini, nanti akan lebih mudah untuk mempelajari ilmu Matematika.
Ibarat manusia yang hanya bisa berkehendak, namun takdir dan kuasa Tuhanlah yang menentukan, begitulah kiranya cita-cita Ulul Ajib yang memang semula bukanlah menjadi seorang guru melainkan menjadi seorang dokter. Akan tetapi mimpi itu tidak terwujud sehingga ia beralih menjadi seorang perawat. Kendati demikian menjadi seorang perawat ternyata tidak memberikan rasa nyaman baginya. Baginya menjadi perawat yang dilihat setiap hari ialah orang cacat dan orang mati. Hal tersebut membuat ia merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk alih profesi menjadi seorang guru.Ā Di situlah ia menemukan kenyamanan pada dirinya. Ia juga mengatakan menjadi guru selain cita-cita yang paling mulia, juga karena ilmu yang disampaikan akan menjadi amal jariyah yang akan terus mengalir.
Begitulah investasi ilmu dan pengetahuan yang akan bermanfaat tidak hanya untuk pribadi namun menyebar ke sekitarnya. Dari sosoknya yang kharismatik dan berwibawa memberikan pandangan yang tersendiri di mata siswa MAN 2 Bantul yang lebih dekat menganggapnya sebagai seorang Kyai. Ulul Ajib yang notabennya mewarisi darah pesantren yang tentunya sangat akrab dengan sisi religiusitas agama serta pendidikan pondok pesantren, namun lebih memilih untuk terjun di dunia pendidikan formal sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak berarti jauh dari pendidikan yang menggaungkan narasa keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari pandangan Ulul Ajib dalam dialognya mengulas mengenai hubungan antara ilmu agama dan ilmu umum yang nyatanya tidak dapat dipisahkan namun perlu dipadukan. Baginya ilmu agama penting karena sebagai dasar sedangkan ilmu umum juga tidak kalah penting karena untuk pengembangan diri. Jika ilmu keduanya dipadukan menurutnya akan menciptakan keharmonisan.
Dalam menjalankan roda kepemimpinan di MAN 2 Bantul, sebagai seorang pemimpin selain berusaha secara dhahiriyyah Ulul Ajib tidak lupa melakukan usaha secara batiniyyah yakni usaha tirakat. Tirakat pada umumnya dilakukan seseorang dengan menahan hawa nafsu yang diwujudkan dengan beragam bentuk dalam rangka doāa, melindungi diri atau agar keinginannya dikabulkan. Begitu juga yang dilakukan Ulul AjibĀ semasa kecil hingga sekarang yang memiliki kebiasaan berpuasa. Kebiasaan ini tertanam sejak kelas 4 Sekolah Dasar sampai dengan menikah yakni berpuasa dalail, puasa yang dilaksanakan selama 3 tahun berturut-turut yang dibarengi dengan pembacaan wirid setiap harinya. Selain itu, setelah menikah Ulul Ajib diberi sebuah ijazah oleh seorang Kyai untuk melaksanakan puasa Daud yang kini sudah selesai masanya bulan ramadan kemarin tahun 2023. Meski telah usai masa ijazah berpuasa Daud, Ulul Ajib tetap menjaga dan melaksanakan puasa sunahnya yakni puasa senin kamis dan puasa tengah bulan (Ayyamul Bidh).
Ulul Ajib juga memberikan sebuah ijazah untuk semua orang khususnya siswa MAN 2 Bantul yang ia dapat dari gurunya semasa tinggal di pondok pesantren. Ijazah yang diberikan sebelum purna yakni melaksanakan rutin mandi sebelum subuh sekaligus diniati mandi besar walaupun sedang tidak dalam keadaan junub/haid bagi yang perempuan. Ia menuturkan melalui kemantaban dirinya akan ilmu dari gurunya yang penuh keberkahan, insyaallah bisa bikin awet muda. Kemudian setiap saat akan memulai aktifitas dan selesai sholat, bacalah dzikir basmallah minimal 11 kali hingga 100 kali. Dengan istiqomah merutinkan ini, insyaallah permohonan kita dan doāa-doāa kita lekas dikabulkan oleh Allah SWT. Selain itu kelak kalimat ini bisa menjadi tameng kita dari binatang-binatang berbisa di alam Barzakh. Pesan-pesan lainnya yaitu selalu menjaga wudhu agar kita bisa meminimalisir kemaksiatan dan istiqomahlah membaca Al-Qurāan setiap hari walaupun hanya satu ayat sebelum tulisan Al-Qurāan hilang di hari kiamat nanti.
Ulul Ajib lebih lanjut menceritakan pengalaman menarik dan berkesan saat menjabat menjadi kepala sekolah maupun saat belum menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Baginya menjadi guru itu menyenangkan dan asyik. Seperti halnya ketika jenuh dan suntuk dari rumah, saat sampai sekolah bisa ceria lagi karena bertemu dengan murid-murid yang beragam karakternya.
Ulul Ajib menceritakan pasca di MAN Lab UIN Sunan Kalijaga ia bertemu dengan murid-murid istimewa yang sulit untuk diatur. Meskipun begitu, Ulul Ajib sangat akrab dengan mereka. Dalam pandangannya tidak ada istilah anak bodoh, yang ada hanya masing-masing anak butuh treatment dan waktu yang berbeda. Ia menceritakan kisahnya yang sejak SD sampai kuliah di perguruan tinggi ia memperoleh beasiswa dari Perusahaan Djarum yang merupakan sebuah Perusahaan terbesar keempat di Indonesia yang berkantor di Kudus, Jawa Tengah. Siapa sangka Ulul Ajib yang hanya dikenal sebagai tenaga pengajar, ternyata tidak hanya seorang guru/ kepala madrasah namun Ulul Ajib merupakan Atlet pemain Tenis Meja Nasional yang sudah mempunyai jam terbang yang jauh. Pengalamannya dalam bidang olahraga tersebut membawanya terbang ke China hingga Australia. Sebagai Atlet pemain Tenis Meja profesional, ia mampu bermain menggunakan tangan kanan maupun kiri. Aktivitasnya dalam bidang tersebut harus berakhir ketika ia kalah dengan adiknya. Hal ini dikarenakan sebelum bertanding dengan adiknya, Ulul Ajib sudah berniat bahwa jika ia kalah dengan adiknya, maka ia akan gantung sepatu dan pensiun menjadi atlet pemain Tenis Meja.
Selepas menyelesaikan tanggung jawabnya di MAN 2 Bantul tidak lantas menjadikan Ulul Ajib jauh dari dunia pendidikan. Laki-laki yang telah berumur 60 tahun tersebut menikmati masa pensiunan di daerah Pati bersama dengan keluarga besarnya. Sebab ia dan keluarga besar memiliki asrama pondok pesantren yang tentunya sangat membutuhkan ilmunyaĀ untuk mendidik para santri. Selain itu ia juga harus rajin bolak-balik Pati-Bantul karena memiliki tanggungjawab mengajar masyarakat di daerah Bantul.
Beberapa kebijakan dan prestasi yang ditorehkan selama berkutat di dalam dunia pendidikan antara lain, melaksanakan program kondusivitas madrasah sebagai madrasah keterampilan tepatnya pada tahun 2018, penataan guru dan pegawai serta program upaya peningkatan kesejahteraan. Selain itu Ulul Ajib juga memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan madrasah di antaranya: Membuat Master Plan Madrasah; Pembangunan Gedung SBSN Keterampilan; Penataan lingkungan madrasah; Pengembangan lahan madrasah; Pembangunan lahan parkir siswa; Menyiapkan rintisan asrama. Dari sekian intisan asrama yang telah berdiri di antaranya yakni Asrama Ulul Albab yang merupakan perwujudan dari cita-cita Ulul Ajib dalam rangka mewadahi dan menempa siswa MAN 2 Bantul dalam bidang agama terutama tahfidz al-Qurāan. Prestasi lain yang diraih selama menjabat menjadi kepala madrasah antara lain, Ketua KKMA Kab Bantul hingga pensiun; Wakil Ketua MKKS SMA/MA Kab Bantul dan Pengurus Bidang Pengembangan SDM di KKMA Yogyakarta. Seperti itulah sekelumit prestasi yang diraih dan beberapa kebijakan yang diambil oleh Ulul Ajib dan tentunya masih banyak kebijakan lain yang tidak dideskripsikan secara komprehensif.
Di akhir wawancara dengan tim Jurnalistik MAN 2 Bantul, Ulul Ajib menyampaikan pesan teruntuk generasi muda terutama Siswa MAN 2 Bantul, sebagai warisan generasi muda yang berkutat di dunia pendidikan terutama peganglah empat sifat-sifat mulia Rasulullah dimanapun berada, insyaallah akan selamat dunia akhirat. Empat sifat yang perlu diteladani dari Rasulullah yaitu: shidiq bearti harus jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti harus dapat dipercaya, tabligh berarti menyampaikan tidak hanya sekedar menceramahi, namun harus mencontohkan, dan fatonah berarti cerdas. Definsi cerdas tidak harus pintar akan tetapi cerdas bermakna harus bisa mengambil sikap, mengambil kebijakan, dan keputusan yang tepat jangan sampai merugikan orang lain. Begitulah ulasan Ulul Ajib menutup sesi dialog interakif dengan Tim Jurnalistik. (Red)